SEJARAH SDN 3 WRINGIN ANOM

SEJARAH SD NEGERI 3 WRINGIN ANOM

 

SD Negeri 3 Wringin Anom merupakan sekolah pecahan dari SD Negeri 1 Wringin Anom. Pada tahun 1966 bangunan SD Negeri 1 Wringin Anom tersebut merupakan Sekolah Rakyat (SR) yang dibangun oleh kolonial Belanda dan dipimpin oleh kepala sekolah, Bapak Prawiro pada tahun 1966. Pada masa itu, jumlah siswa yang ingin menuntut ilmu terbilang banyak, sehingga sekolah rakyat tersebut mengalami kelebihan kuota. Karena permasalahan kurangnya ruangan kelas tersebut, akhirnya dipecahlah Sekolah Rakyat (SR) dari SD Negeri 1 Wringin Anom yang terletak di jalan PB Sudirman dekat dengan gapura masuk PG Wringin Anom dan SD Negeri 3 Wringin Anom yang terletak di jalan PB Sudirman nomor 159.

Dulunya bangunan SD Negeri 3 Wringin Anom merupakan bangunan kamar bola peninggalan Belanda yang digunakan karyawan PG (Pabrik Gula) atau penduduk sekitar untuk bermain. Pendiri pertama SD Negeri 3 Wringin Anom mulai membangun sekolah dengan meminta bantuan kepada Pemerintah Daerah Situbondo sebelum impres dengan meminta hak pakai bangunan sekolah tersebut dari Pabrik Gula. Karena Indonesia telah merdeka dari penjajahan Belanda, serta gedung Pabrik Gula bekas kamar bola tersebut sudah tidak terpakai dan terbengkalai. Maka, gedung tersebut digunakan oleh masyarakat sekitar sekolah untuk Pendidikan dasar yang sangat penting untuk Pendidikan anak bangsa, serta juga banyaknya animo masyarakat yang sangat membutuhkan pendidikan pada zaman tersebut. Dulu kondisi bangunan sekolah tersebut hanya terdiri dari 1 ruangan saja dan beralaskan ubin atau tegel dengan siswa juga belum menggunakan seragam ketika menimba ilmu disekolah. Pada tahun 1967 menjadi tahun penetapan status sekolah rakyat menjadi sekolah Negeri, yaitu SD Negeri 1 Wringin Anom dan SD Negeri 3 Wringin Anom.

Pada tahun 1980-an di masa jabatan Bapak PRAWIRO siswa sudah memakai seragam sekolah berwarna putih putih. Selain itu, pada masa kepemimpinan beliau, sekolah tidak mendapat subsidi, namun hanya mendapatkan pengakuan dari pemerintah. Sehingga, Bapak Prawiro dengan pihak PG untuk mengembangkan sekolah secara fisik atau pada segi bangunan sekolah. Hal ini juga dikarenakan 90% siswa adalah anak dari karyawan PG. Tak lama kemudian, kepala sekolah bapak PRAWIRO purna tugas dan digantikan oleh Bapak SOEJONO MARTOHARJO. Pada masa jabatan Bapak SOEJONO MARTOHARJO seragam sekolah siswa pun berganti warna menjadi putih biru dan juga bangunan sekolah tersebut dibenahi, dimana 1 ruangan tersebut diberikan pembatas dan dijadikan 4 ruangan. Pembatas tersebut terbuat dari gedek (Bedak dari bambu) dimana 4 ruangan tersebut diantaranya ruang kepala sekolah, ruang kelas 1 dengan ruang kelas 2, ruang kelas 3 dengan ruang kelas 4, lalu ruang kelas 5 dengan kelas 6. Dari banyaknya kuota siswa tersebut mengakibatkan 1 kursi bisa di duduki 3-4 siswa.  Sehingga dengan keterbatasan fasilitas yang dimiliki sekolah akhirnya kepala sekolah berinisiatif memisahkan antara kelas 1 dan 2 juga seterusnya menjadi 1 ruangan dibagi dua.

Memasuki masa kepemimpinan Bapak MARSHI PRAWIRO UTOMO tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan beliau cidera akibat kecelakaan di tabrak oleh bus sekolah saat beliau bersepeda bersama rekan sesama guru.

Memasuki masa kepemimpinan kepala sekolah keempat, Bapak SUMARYO SUTODHARJO, B.A, yaitu pada tahun 1977 sampai dengan 1986. Pada zaman Bapak Sumaryo ini perubahan banyak terjadi pada kualitas siswanya, baik dari segi akademik dan imtaq, sehingga dapat mencetak siswa yang berprestasi unggul. Pada tahun 1980 ini ruangan kelas akhirnya dibatasi oleh triplek menjadi dua ruangan. Sedangkan, dinding yang disamping dan belakang ekolah sebagai pagar dibangun oleh PG Wringin Anom. Sedangkan, pagar depan dibangun oleh pemerintah daerah kabupaten Situbondo dalam rangka penilaian piala adipura dan pada saat itu sekolah tidak memiliki biaya untuk mengganti pagar bambu menjadi pagar yang layak untuk sekolah seperti sekarang ini.n Dan pada tahun 1981 pada zaman kepemimpinan Bapak Sumaryo ini seragam diganti menjadi putih merah.

Pada zaman pergantian kepala sekolah dari bapak SUMARYO SUTODHARJO B.A. kepada Bapak Rasyid, pada tahun 1986 sampai dengan 1987. Bapak Rasyid hanya menjabat selama satu tahun, maka dari itu tidak banyak perubahan yang dibawanya terhadap sekolah.

Pada tahun 1987 sampai dengan 1990 di masa kepemimpinan kepala sekolah Bapak MOCH. SHALEH SASTROWIDJOYO terdapat banyak perubahan dalam kontribusi kondisi sekolah. Perubahan  tersebut diantaranya adalah pembatas triplek menjadi tembok terbentang dari utara ke selatan. Dimana masa kepemimpinan beliau mulai terlihat perkembangannya dan dilanjutkan oleh kepemimpinan kepala sekolah bu Naisa, dimana dalam kepemimpinan beliau, tingkat pamor sekolah tersebut semakin stabil dan naik, serta melanjutkan program kepala sekolah sebelumnya, yaitu melanjutkan pembangunan batas ruangan dari triplek menjadi tembok, yakni batas dari barat ke timur, dan pergantian papan tulis dari kayu ke tembok.

Selanjutnya pada masa kepemimpinan kepala sekolah Bapak MOCH. SHALEH, A.Ma.Pd dari tahun 1995 sampai dengan 1998 adanya pagar sekolah dan aliran listrik sebesar 450 watt.

Dan pada masa kepemimpinan kepala sekolah Bapak MULYADI, A.Ma.Pd banyak memberikan kontribusi pada sekolah dengan mengganti lantai ubin atau tegel menjadi keramik atau ubin yang lebih modern seperti saat ini dan merehab bangunan bagian atap, jendela dan pintu. Kemudian mengubah daya listrik dari 450 watt menjadi 900 watt, serta memberikan akses aliran air PDAM yang semula bersumber dari air sumur tetangga dan perubahan nama gapura juga adanya lahan parkir sekolah.

Jadi, pada  awal mulanya sekolah ini sejak berdiri tidak pernah menerima sumbangan dari pemerintah. Hanya pernah mendapatkan sumbangan pembangunan pagar dari Pemda, sebab akan diadakannya piala adipura, sehingga dibantu untuk memperbaiki sekolah, dan pada saat itu sekolah tidak memiliki dana.

Namun, pada masa peralihan jabatan dari masa Bapak MULYADI ke Bapak HERES PRAWOTO, S.Pd., terdapat perubahan yang dibawanya terhadap sekolah, baik model bangunan yang di modernkan dan memiliki daya guna yang lebih, seperti halnya atap sekolah yang lebih lebar dan memanjang.

SD Negeri 3 Wringin Anom pada tahun 2021 dipimpin oleh Kepala Sekolah Plt (pelaksana tugas) Bapak Heri Puspito Retno dan sekolah ini sekarang memiliki tenaga pendidik berjumlah 11 orang dengan jumlah peserta didik 67 siswa. Sekolah ini memiliki jumlah 6 kelas yang dibagi menjadi 2 bagian, ruang kepala sekolah dijadikan satu dengan ruang adminitrasi dan operator, 1 ruang perpustakaan, 3 kamar mandi untuk peserta didik, 2 kamar kamar mandi untuk guru dan halaman sekolah. Sekolah ini sudah banyak mencetak alumni-alumni yang berprestasi dan berpendidikan unggul dari zaman sekolah ini berdiri hingga saat ini.